Melihat Ritual Cukur Rambut Gombak Desa Cepit Pagergunung Temanggung

Malam itu tiba-tiba Azka dikagetkan dengan seekor ular yang melingkar di atas tempat tidurnya. Diapun langsung berlariuntuk melaporkan keberadaan ular itu kepada orangtuanya.Ayahnya dengan sigap langsung menghampiri dan menuju ke ruang tidur putranya itu. Perlahan membuka pintu kamar sambil mata menelusuri isi kamar.

Ular itu masih ada di atas tempat tidur.Ular sebesar ganggang sapu itu hanya diam, lidahnya pun sama sekali tidak diperlihatkan. Ayah Azka langsung menutup pintu kamar tidur anaknya itu lagi, dia tahu ular itu adalah ular yang datang kemarin hari, bahkan sudah dua kali ular itu menghampiri. Kedatangan ular aneh ini seperti pertanda yang selama ini diyakini masyarakat sekitar.Ular ini menagih keluarganya yang sudah harus menuntaskan Nadzar yaitu mencukur rambut Gombak anaknya, Azka.

Ayah Azka tidak langsung mengusir atau membunuh ular itu, dia hanya berdoa dan berucap “ya tahun ini saya akan mencukur rambut gombak anak saya”. Setelah beberapa menit berlalu diintipnya kamar Azka lagi, ular itu sudah tidak ada.

Keesokan harinya Ayah Azka datang kerumah sesepuh desa yaitu mbah Suyono. Kedatanganya bermaksut untuk menceritakan kejadian yang dialami keluarganya ini. Dia juga meminta doa agar tidak lagi di datangi ular penagih Nadzar. Mbah Suyono memberikan air putih doa untuk disiramkan di rumahnya dan diminum anaknya. Dan hasilnmya Ular itu sudah tidak nampak lagi di rumah Azka.

 

 

Ritual Cukur Rambut Gombak

Sabtu pagi, desa Cepit Pagergunung sudah sangat cerah padahal baru pukul setengah tujuh, sang Baskara sudah lurus berada didepan kita. Desa yang berada di lereng Gunung Sumbing ini menjadi desa yang pertama kali mendapat sinarnya karena keberadaannya yang paling tinggi, pun dengan puncak gunung Sumbing terlihat sangat dekat. Bersyukur cuaca cerah ini datang di tengah cuaca tak menentu akhir-akhir ini.cuaca ini akan sangat mendukung acara di desa ini yaitu ritual Cukur Rambut Gombak.

Basecamp pendakian gunung Sumbing desa Cepit Pagergunung pagi ini sudah ramai oleh para fotografer dan warga. Mereka menanti Kedatangan para anak yang diberkahi rambut Gombak dan akan dicukur pagi ini. Rambut Gombak adalah rambut yang tumbuh sejak lahir, biasanya di kepala bagian belakang atas, sama seperti rambut lainnya akan tetapi apabila rambut ini dicukur maka anak yang punya akan mengalami demam atau badan panas dan jatuh sakit. Karena keanehan itu, rambut Gombak tidak akan dicukur sampai masanya datang yaitu orangtua sudah mampu memberikan syarat-syarat pencukuran.

Mencukur rambut Gombak ini tidak biasa memang, ada ritual dan syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dan juga orangtua harus memberikan apasaja yang diminta oleh sang anak.Oleh sebab itu proses mencukur rambut Gombak menjadi ritual yang menarik untuk disaksikan dan diabadikan.

Azka, anak umur sembilan tahun yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar ini datang terlebih dahulu. Sontak kedatangannya menjadi perhatian semua orang, termasuk saya yang langsung sigap menyiapkan kamera. Azka sangat elegan dengan pakaian jawa lengkap dengan blangkon. Rambut Gombaknya ia kepang sehingga semakin menambah keren tampilannya.  Dia tak canggung, senyumnya juga selalu menggembang walau semua orang memperhatikannya dan minta berpose sambil menujukan rambut gombaknya yang keluar dari blangkon yang ia kenakan. Anak yang di berkahi rambut Gombak memang terkenal dengan mental yang sangar bahkan cenderung ke nakal. Tak salah kalau Azka santai saja walau dikerumuni banyak orang. Mungkin kalau anak lain biasanya akan merasa minder dan malu-malu.

Azka tidak datang sendirian, dia diiringi oleh keluarga besarnya. Ayah, ibu kakek dan saudara-saudaranya. Mereke juga membawa syarat-syarat yang sudah ditentukan, ada tumpeng, ingkung ayam, jajan pasar, ketan, bubur merah dan satu ekor bebek. Semua syarat ini bersama Azka nantinya akan dibawa dan diiring oleh warga ke tempat ritual yaitu di atas desa, tepatnya jalan menuju petilasan santri Kiyai Makukuhan.

Anak kedua yang akan di cukur rambut Gombaknya adalah Rizki, dia datang bersama keluarga besarnya lengkap dengan syarat-syarat seperti apa yang di bawa oleh Azka dan keluarganya. Namun ada yang berbeda dengan Rizki, Rambut gombaknya berbeda dengan Azka, rambut Gombak Rizki gimbal, mirip dengan rambut gimbal yang biasa dicukur di Dieng Calture Festival. Saya pun jadi bertanya-tanya rambut gombak ini sama dengan rambut gimbal di Dieng atau tidak ya?. Ya nanti kita cari tahu.

Setelah semua siap dan sesepuh desa datang, Azka dan Rizki berbaris yang diikuti oleh sesepuh desa dan keluarganya. Mantab lagi ada pak bupati Temanggung dan jajarannya datang untuk menyaksikan prosesi ritual cukur rambut Gombak ini. Iringan ini berangkat, berjalan perlahan dengan diiringi musik rebana dan Sholawat. Sekitar dua ratus meter dari basecamp atau tempat berangkat tibalah di pertigaan desa yang akan dilaksanakan ritual pertama yaitu sungkeman.

Azka dan Rizki mulai menyimpuhkan kedua kakinya, mereka berjalan merunduk di depan para sesepuh desa dan keluarganya. Satu-satu mereka salami Pak Lurah, Kiyai desa, Pak Bupati dan kedua orangtua mereka. Bersimpuh memohon restu supanya semua dilancarkan, diberi keberkahan dalam proses cukur rambut Gombaknya. Setelah selesai sungkeman Azka dan Rizki langsung naik tandu yang sudah disediakan, mereka akan dibawa ke tempat ritual Cukur Rambut Gombak. Para pemuda desa dengan busana jawa berikat kepala dengan sigap memikul tandu yang sudah ditempati Azka dan Rizki. Jalan yang akan ditempuh lumayan naik, saya saja sampai ngos-ngosan. 

Terlihat ada panggung di tengah jalan, membelakangi Gunung Sumbing, sayang gunung megah itu sudah mulai tertutup awan, keindahnnya tidak bisa saya rekam bersama ritual. Disinilah termpat prosesi cukur Rambut Gombak dilaksanakan. Kedua anak itu naik ke panggung, mereka duduk didepan kedua orang tua masing-masing. Didepannya ada kain putih yang digelar, tumpeng, ingkung dan syarat-syarat lainya juga sudah siap terhidang.

Acara segera dimulai, seorang paruh baya berbusana jawa lengkap dengan blangkon di kepala membuka acara. Dia menyambut kedatangan semua pengunjung terutama Bapak Bupati dan jajarannya. Tidak ketinggalan dia memperkenalkan dua anak yang akan dicukur rambut gombaknya, Azka dan Rizki. 

Kedua anak itu lasung dipersilahkan duduk di atas kain putih yang didalamnya ada ketan atau jadah.  Setelah itu sesepuh desa memberikan sambutan dan doa. Setelah itu baru lah ritual cukur rambut gombak di lakukan. Untuk penghormatan kepada tamu penting dan sesepuh desa, semuanya bergiliran merasakan mencukur rambut Gombak. Pak lurah, Pak Bupati dan beberapa tamu lainnya dipersilahkan satu-satu. Disaat tamu-tamu ini yang mencukur tidak terlalu sepesial. Gunting yang di basahi air kembang di dalam cawan di ambil untuk mencukur. Beberapa helai rambut gombak milik Azka lebih mudah di Cukur karena lurus. Berbeda dengan rambut Gombak Rizki yang Gimbal, sepertinya lumayan kesulitan untuk mencukurnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah semua tamu kehormatan selesai mencukur tibalah sekarang sesepuh Desa mbah Suyono yang akan menuntaskan cukur rambut Gombak kedua anak itu. pertama-tama dia menggabil daun suruh dan beberapa benda yang kurang begitu jelas terlihat oleh saya, lalu dibungkusnya dengan daun suruh itu. setelah itu buntalan diberi doa dan di usapkan ke sisa rambut Gombak. Barulah semua rambut Gombak dicukur habis oleh Mbah Suyono.

 

Belum selesai sampai disini, selanjutnya kedua anak yang telah dicukur rambut Gombaknya ini dipersilahkan memilih dan mengambil sesuatu yang sudah ada didepannya yaitu tumpeng, ingkung, buah-buahan, dll. Yang diambil adalah yang paling diinginkan. Saya hanya melihihat Rizki yang mengambil satu buah Apel yang langsung ia makan. Setelah itu Azka dan Rizki mengambil uang yang sudah ada di depannya terselip di antara buah-buahan syarat tadi, uang itu dibagikan kepada anak-anak desa sekitar yang datang. Secara berurutan uang itu dibagikan, terlihat lembaran dua ribuan dibagi rata kepada semua anak yang sudah siap menerima di depan panggung.

 

Setelah itu syarat yang terakhir adalah mensedekahkan bebek. Bebek ini akan menjadi rebutan untuk semua warga desa. Sempat saya bertanya kepada pak Lurah mengapa sedekahnya harus bebek. Ternyata bebek mempunyai sebuah filosofi yang menarik yaitu bebek adalah peliharaan yang manut, dapat diarahkan dan juga selalu menjaga keistiqomahan dengan terus bertelur (memberi manfaaat). Filosofi ini diharapkan bisa menular ke anak berambut Gombak yang dicukur karena biasanya anak berambut Gombak adalah anak yang nakal dan juga bandel. Harapannya setelah dicukur rambut Gombaknya maka anak ini menjadi kebanggaan dari orangtua dengan akhlak yang baik.

 

 

 

Bebek-bebek yang sudah disedekahkan itu menjadi rebutan oleh para warga. Agar adil dan seru perebutan bebek ini dibuat permainan dengan cara bagi yang ingin menangkap harus ditutup matanya. Seru sekali ternyata, beberapa ibu-ibu kampung saling meraba merunduk untuk mendapatkan bebek yang dilepas. Acara ini menjadi hiburan setelah acara utama selesai.

 

***

Beruntung setelah acara selesai, saya diajak oleh mas Rudi mampir ke rumah Pak Lurah, di sini saya mendapat cerita banyak sekali terutama tentang Cukur Rambut Gombak ini. selain cerita yang saya tulis di atas tentang Ular penagih Nadzar ternyata proses mencukur Rambut Gombak ini sudah dimulai sejak lama dan dimulai dari keluarga masing-masing. Saat diacara keluarga prosesnya hampir sama dengan prosesi yang di gelar desa tadi, hanya saja keluarga mengundang masyarakat sekitar datang kerumah.

Selain itu syarat-syarat yang disediakan lebih banyak saat acara yang di keluarga, bahkan bisa dua kali lipat dari syarat-syarat yang dibawa diacara tadi. Selain itu hari pencukuran saat di keluarga harus dicocokan dengan weton sang anak. Sepesialnya lagi disinilah anak boleh minta apa saja oleh kedua orang tuanya, semisal dulu pak lurah juga anak berambut Gombak dan beliau pada saat itu meminta untuk ditanggapkan Wayangan. Orang tua pak Lurah pun harus menyanggupinya walau mendatangkan dalang tak murah. Apabila orang tua belum mampu maka bisa ditunda.

***

Cukur Rambut Gombak

Desa Cepit Pagergunung, Bulu, Temanggung

24 Maret 2019

 

Sumber : https://www.sipenyugunung.net/2019/04/melihat-ritual-cukur-rambut-gombak-desa.html

 

 

 

 


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat