Seni Dayakan Putra Mangun: Simbol Persatuan dan Kreativitas Masyarakat Mangunsari

MANGUNSARI (16/08) – Di balik gerak gemulai para penari dan alunan musik yang mengiringi setiap pertunjukan, Sanggar Kesenian Putra Mangun yang terletak di Dusun Nglarang II, Desa Mangunsari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, menyimpan sebuah misi besar: mempersatukan warga melalui seni budaya tradisional. Berdiri pada 12 Agustus 2022, sanggar ini menjadi wadah bagi warga Dusun Nglarang II, baik tua maupun muda, untuk berkumpul, berdiskusi, dan berkreativitas.

 

Membangun Kebersamaan Melalui Seni

Berdirinya Sanggar Kesenian Putra Mangun tidak terlepas dari inisiatif para pemuda yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Pemudi Karanglor (IPPKL), Desa Mangunsari. Mereka memiliki keinginan kuat untuk mendirikan paguyuban seni yang dapat menjadi media dakwah sekaligus menyatukan masyarakat yang ada di sekitar mereka. Visi ini tidak hanya terbatas pada pelestarian Seni Dayakan (Topeng Ireng), tetapi juga bagaimana kesenian ini dapat menjadi alat pemersatu yang efektif di tengah keragaman masyarakat.

 

“Tidak hanya pemuda, tetapi seluruh warga Dusun menjadi tempat berkumpul, berdiskusi, dan berkreasi. Kesenian ini telah menjadi simbol persatuan bagi kami. Di tengah berbagai perbedaan, kami bisa bersama-sama mengembangkan sesuatu yang kami banggakan,” ungkap Mas Abdan, Wakil Ketua Sanggar Kesenian Putra Mangun.

 

Seni Dayakan (Topeng Ireng), dengan gerak tariannya yang dinamis dan musik yang memikat, berhasil menjadi media yang mempertemukan berbagai elemen masyarakat. Baik tua maupun muda, semua terlibat aktif dalam latihan dan pertunjukan, menjadikan sanggar ini sebagai titik temu bagi berbagai lapisan masyarakat.

 

Nilai-nilai Tradisional dalam Setiap Gerakan

Setiap gerakan dalam tarian Topeng Ireng memiliki makna yang mendalam, yang mencerminkan nilai-nilai tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Gerakan sesembahan, misalnya, di mana tangan menghadap ke atas, melambangkan pengesahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Begitu pula dengan syair-syair yang dilantunkan, yang selalu berisi pesan moral dan ajakan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

 

“Kami selalu memastikan agar nilai-nilai tersebut tetap terjaga dalam setiap pertunjukan. Latihan-latihan rutin dan briefing sebelum pentas menjadi kunci agar pesan moral yang kami ingin sampaikan tidak hilang dalam setiap gerakan,” ujar Mas Adit, Pembina Sanggar Kesenian Putra Mangun.

 

Dengan pendekatan ini, Seni Dayakan (Topeng Ireng) tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat edukasi yang efektif. Setiap gerakan dan syair memiliki pesan tersirat yang dapat dipahami oleh semua kalangan, menjadikan pertunjukan ini sebagai sarana yang efektif untuk menyebarkan nilai-nilai positif di masyarakat.

 

Kreativitas dalam Menghadapi Tantangan

Meski begitu, perjalanan Sanggar Kesenian Putra Mangun tidak selalu mulus. Keterbatasan dana dan fasilitas menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh kelompok seni ini. Sebagian besar dana yang digunakan berasal dari iuran anggota dan donasi masyarakat, dengan bantuan dari pemerintah yang sangat terbatas. Namun, hal ini tidak menghalangi semangat mereka untuk terus berkarya.

 

“Untuk mengatasi keterbatasan ini, kami mencoba untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan apa yang kami miliki. Kami juga sering tampil di acara-acara lokal yang tidak hanya menambah kas kelompok, tetapi juga menjadi ajang untuk mempromosikan kesenian kami,” tambah Mas Abdan.

 

Inisiatif lain yang dilakukan oleh sanggar ini adalah dengan memasukkan elemen-elemen modern dalam pertunjukan mereka, seperti menyisipkan lagu-lagu populer yang sedang hits. Hal ini dilakukan untuk menarik minat generasi muda sekaligus memastikan bahwa pertunjukan tetap relevan dengan perkembangan zaman.

 

Masa Depan yang Cerah

Dengan segala usaha dan kreativitas yang telah dilakukan, Sanggar Kesenian Putra Mangun optimis bahwa Seni Dayakan (Topeng Ireng) akan terus bertahan dan berkembang di masa depan. Edukasi dan promosi yang lebih intensif kepada generasi muda diharapkan dapat meningkatkan minat mereka terhadap kesenian tradisional ini.

 

“Kami yakin bahwa dengan terus berinovasi dan menjaga nilai-nilai tradisional yang ada, Topeng Ireng akan tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kami. Kesenian ini tidak hanya akan bertahan, tetapi juga akan berkembang menjadi lebih kuat dan lebih relevan dengan kebutuhan zaman,” ujar Mas Abdan, Wakil Ketua Sanggar Kesenian Putra Mangun dengan penuh keyakinan.

 

Menciptakan Ruang untuk Semua

Salah satu kekuatan terbesar dari Sanggar Kesenian Putra Mangun adalah kemampuannya untuk menjadi ruang yang inklusif bagi semua kalangan. Di tengah keragaman yang ada, sanggar ini mampu menciptakan suasana yang hangat dan harmonis, di mana semua orang merasa diterima dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi.

 

“Kami tidak membedakan siapa pun yang ingin bergabung. Semua orang, apapun latar belakangnya, memiliki tempat di sini. Ini adalah wadah bagi siapa saja yang ingin berkreativitas dan melestarikan budaya kita bersama,” ungkap salah satu penari di sanggar ini.

 

Dengan semangat kebersamaan ini, Sanggar Kesenian Putra Mangun telah berhasil menciptakan sebuah komunitas yang solid, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam menjaga warisan budaya ini. Hal ini membuat sanggar ini tidak hanya menjadi tempat latihan tari, tetapi juga menjadi pusat kehidupan sosial bagi warga Dusun Nglarang II dan sekitarnya.

 

Pesan Moral dan Dakwah dalam Setiap Penampilan

Pesan moral dan dakwah yang disampaikan melalui Seni Dayakan (Topeng Ireng) juga menjadi salah satu aspek penting yang terus dijaga oleh sanggar ini. Mereka menyadari bahwa seni tradisional memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat dengan cara yang lembut dan mudah diterima.

 

“Kami selalu berusaha memasukkan pesan-pesan moral dalam setiap pertunjukan. Melalui gerakan tari dan syair-syair yang kami lantunkan, kami ingin mengajak penonton untuk merenungkan dan menjalani kehidupan yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan agama,” tambah Mas Adit, Pembina Sanggar Kesenian Putra Mangun.

 

Dengan pendekatan ini, Sanggar Kesenian Putra Mangun tidak hanya melestarikan seni tradisional, tetapi juga memperkuat nilai-nilai keagamaan dan moral di tengah masyarakat. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi nyata mereka dalam membangun komunitas yang lebih baik melalui seni dan budaya.

 

Sanggar Kesenian Putra Mangun telah membuktikan bahwa seni tradisional seperti Seni Dayakan (Topeng Ireng) dapat menjadi alat yang efektif untuk mempersatukan masyarakat dan menyampaikan pesan-pesan moral yang mendalam. Melalui dedikasi, kreativitas, dan semangat kebersamaan, sanggar ini telah berhasil mengatasi berbagai tantangan dan terus berkembang menjadi lebih kuat.

 

Dengan terus berinovasi dan menjaga nilai-nilai tradisional yang ada, Seni Dayakan (Topeng Ireng) Putra Mangun tidak hanya akan bertahan, tetapi juga akan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Dusun Nglarang II dan sekitarnya. Seni ini tidak hanya menjadi simbol kebersamaan, tetapi juga alat yang efektif untuk membangun karakter dan nilai-nilai positif dalam masyarakat.

 

Di tengah arus modernisasi yang semakin kuat, Sanggar Kesenian Putra Mangun telah menunjukkan bahwa dengan semangat dan kerja keras, seni tradisional dapat terus hidup dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Dan dengan dukungan dari semua pihak, masa depan Seni Dayakan (Topeng Ireng) Putra Mangun tampaknya akan semakin cerah.

 

 

Penulis: Gabriel Valerion Lengkong (Mahasiswa Ekonomi FEB UNDIP 2021, Ketua Tim KKN UNDIP Desa Mangunsari 2024)


Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
chat
chat