Produksi biopestisida berbahan alami, seperti daun sirsak, semakin diminati sebagai solusi berkelanjutan dalam sektor pertanian. Selain ramah lingkungan, biopestisida ini membantu petani mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan ekosistem. Meski begitu, untuk bersaing di pasar, efisiensi biaya produksi menjadi faktor krusial yang harus diperhatikan. Dalam upaya mendukung hal ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro melakukan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) yang tepat untuk spray biopestisida berbahan dasar daun sirsak.
Aqila Fawza Ansyadya, salah satu mahasiswa KKN, memimpin kegiatan ini dengan tujuan menghitung HPP secara rinci. Perhitungan tersebut meliputi berbagai aspek biaya produksi, mulai dari biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead, hingga pengemasan. Biaya bahan baku mencakup pengumpulan daun sirsak dan bahan tambahan lainnya. Sedangkan biaya tenaga kerja melibatkan pengeluaran untuk tenaga kerja lokal yang membantu dalam pengolahan dan pengemasan produk. Biaya overhead mencakup pengeluaran untuk listrik, air, dan penggunaan peralatan sederhana yang tersedia di desa. Sementara itu, biaya pengemasan melibatkan pengeluaran untuk botol spray dan label produk.
Dengan perhitungan HPP yang tepat, Aqila berharap produk biopestisida ini dapat dijual dengan harga yang kompetitif di pasaran, sehingga menjadi alternatif yang lebih aman dan murah dibandingkan dengan pestisida kimia komersial. Selain itu, petani di Desa Malangsari juga mendapatkan pelatihan untuk memproduksi biopestisida secara mandiri, yang diharapkan dapat menekan biaya produksi pertanian mereka dan meningkatkan produktivitas. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi mahasiswa dalam mendukung pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook