Dalam upaya mendukung pembangunan yang berkelanjutan di bidang pertanian dan mengurangi dampak lingkungan maupun kesehatan akibat penggunaan pestisida kimia yang berlebihan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro telah menawarkan inovasi dengan mengubah limbah tembakau menjadi pestisida nabati. Inovasi tersebut tidak hanya menawarkan solusi ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi petani lokal Desa Pagergunung.
Limbah tembakau merupakan produk sisa dari proses pengolahan tanaman tembakau menjadi tembakau siap pakai yang pada umumnya akan terbuang sia-sia. Mahasiswa KKN Undiversitas Diponegoro memanfaatkan limbah tembakau dengan mengolahnya menjadi pestisida nabati menggunakan metode yang relatif sederhana dan efektif. Proses pembuatan pestisida nabati dari limbah tembakau ini terdiri dari beberapa tahapan. Pertama, limbah tembakau dikumpulkan dan dicacah untuk memudahkan proses ekstraksi. Selanjutnya, bahan tersebut direndam ke dalam air panas selama satu hari untuk mengeluarkan zat aktifnya. Setelah proses perendaman, larutan hasil ekstraksi disaring. Disisi lain ekstrak bawang putih disiapkan sebagai bahan tambahan pestisida nabati. Bawang putih yang sudah dikupas, kemudian dihaluskan dan disaring untuk diambil ekstraknya. Langkah terakhir dalam pembuatan pestisida nabati yaitu dengan mencampurkan ekstrak limbah tembakau dengan ekstrak bawang putih. Setelah itu, pestisida nabati dapat dikemas dalam botol dan dijual sebagai pestisida siap pakai atau dapat digunakan langsung oleh para petani.
Pestisida nabati dari limbah tembakau menawarkan berbagai keuntungan. Pertama, penggunaan limbah tembakau sebagai bahan baku utama dapat mengurangi masalah limbah dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tembakau. Kedua, penggunaan pestisida nabati dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida kimia yang mengandung bahan kimia sintetis dan berbahaya baik bagi kesehatan manusia maupun lingkungan. Ketiga, dapat memberikan keuntungan ekonomi tambahan bagi para petani yang menggunakan pestisida ini karena biaya produksi relatif rendah dan menekan biaya pembelian pestisida kimia.
Bukan hanya memberikan pemahaman kepada para petani terkait prosedur pembuatannya, mahasiswa juga menjelaskan terkait pengaplikasian, pembuatan logo dan kemasan, prosedur penomoran dan pendaftaran izin tetap pestisida, serta analisis biaya dan strategi pemasaran sehingga para petani dapat memanfaatkan pestisida nabati dari limbah tembakau ini sebagai produk jual maupun produk siap pakai untuk pertanian mereka. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesadaran petani terhadap pentingnya pengelolaan limbah maupun penerapan praktik pertanian yang berkelanjutan.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook