Desa Karanggedong, yang terletak di Kabupaten Temanggung, telah lama dikenal sebagai sentra penghasil cabai berkualitas. Komoditas yang satu ini tidak hanya menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat, tetapi juga telah mengharumkan nama daerah. Namun, di balik kesuksesan tersebut, para petani cabai di desa ini kerap dihadapkan pada tantangan yang serius, yakni serangan penyakit antraknosa.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici ini menjadi momok menakutkan karena dapat menyebabkan kerusakan parah pada buah cabai, mulai dari munculnya bercak-bercak hitam hingga busuknya seluruh buah. Akibatnya, produksi cabai mengalami penurunan yang signifikan, harga jual menjadi tidak stabil, dan kesejahteraan petani pun terancam.
Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa KKN Undip berinisiatif untuk mengembangkan pestisida nabati dari daun mengkudu sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kandungan senyawa bioaktif dalam daun mengkudu terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur penyebab antraknosa, sehingga dapat menjadi alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan dibandingkan pestisida kimia sintetis.
Program yang diinisiasi oleh Mainurlisma Rahmawati dari program studi Agribisnis 2021 ini bertujuan agar masyarakat khususnya Kelompok Wanita Tani (KWT) mengetahui bagaimana cara pembuatan pestisida nabati untuk mengurangi penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Kegiatan ini difokuskan menjadi forum diskusi dan demonstrasi. Hal tersebut dapat dilihat dari semangat ibu-ibu kelompok wanita tani (KWT) dalam mengikuti kegiatan ini sangatlah menggembirakan.
Forum diskusi yang diadakan tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi informasi, tetapi juga memunculkan berbagai pertanyaan kritis terkait pembuatan dan penggunaan pestisida nabati. Hal ini menunjukkan antusiasme mereka dalam mencari solusi yang lebih ramah lingkungan untuk mengatasi masalah pertanian. Demonstrasi pembuatan pestisida nabati yang dilakukan secara langsung semakin memperkaya pemahaman mereka. Pembagian booklet sebagai panduan praktis diharapkan dapat memfasilitasi ibu-ibu KWT untuk terus memproduksi pestisida nabati secara mandiri setelah kegiatan berakhir, sehingga dampak positif dari program ini dapat dirasakan dalam jangka panjang.
Melalui kegiatan ini, diharapkan ibu-ibu KWT dapat semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan meningkatkan pendapatan. Selain itu, keberhasilan program ini diharapkan dapat menginspirasi kelompok wanita tani lain untuk menerapkan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook